Bali Overview Accommodation Dining Travel MICE Trading Art Galleries Fashion Textile Adventure Jewelry Advertise Others Contact
 
Play Group  
Kindergarten  
Elementry/Junior High School  
High School  
College  
University  
Courses & Degrees  
International School  
Folks Tale  
Story  
Others  
 
All About Bali  
Useful Info  
Company Info  
Site Map  
Advertise  
Contact  
Help  
Home  
Home > Education > Story > Seorang Pria Sejati
 
Seorang Pria Sejati
 
Tujuan utama Konfusius adalah untuk mendidik murid-muridnya menjadi seorang pria sejati dengan pengetahuan dan moral yang berkualitas tinggi. Dia menyarankan bahwa karier yang terbaik untuk pria sejati seperti itu adalah sebagai pegawai pemerintahan yang bekerja untuk kepentingan rakyat banyak sehingga menghasilkan dunia yang lebih baik. Dengan alasan itu, Konfusius melatih sebuah grup elit bukan berdasarkan atas kekayaan atau latar belakang keluarga, tetapi berdasarkan kemampuan dan integritas moral mereka. Kriteria untuk memilih muridnya adalah pandai, serta mempunyai keinginan dan semangat untuk belajar.

Konfusius banyak membahas kualitas seorang pria sejati:
Seorang pria sejati haruslah rendah hati, murah hati, berwawasan luas dan baik hati.
Seorang pria sejati mengerti apa yang adil dan benar; orang yang picik hanya mencari keuntungan.
Seorang pria sejati menolong sesamanya untuk menyadari potensi mereka dan tidak mengikuti temannya berbuat jahat; orang yang picik berbuat sebaliknya.
Seorang pria sejati khawatir tentang ketidakmampuannya, bukan apakah orang lain menghargai kemampuannya atau tidak.
Seorang pria sejati menuntut dirinya sendiri; seorang yang picik menuntut orang lain.
Seorang pria sejati mempunyai lingkungan sosial yang luas; orang yang picik hanya menjadi pengikut.
Seorang pria sejati mula-mula akan mempraktekkan apa yang dia katakan, kemudian mengatakan apa yang dia praktekkan.
Seorang pria sejati lambat berbicara tapi cepat dalam bertindak.

Anekdot berikut ini juga menggambarkan apa yang ada di benak Konfusius mengenai kualitas seorang pria sejati.

Pada suatu hari pada saat dia naik ke bukit, Konfusius mengirim Zilu untuk mencari air. Dalam perjalanannya, Zilu bertemu dengan harimau. Setelah bertempur dengan hebat, dia berhasil membunuh binatang buas itu dengan memegang ekornya. Ia memotong ekor harimau dan membawanya ketika kembali dengan membawa air, ingin segera menunjukkan piala itu kepada Konfusius. Tetapi pertama-tama dia bertanya, “Guru, bagaimanakah seorang yang hebat membunuh seekor harimau?”]
“Seorang yang hebat membunuh harimau dengan mengincar kepalanya,” jawab sang Guru.
Bagaimana orang biasa membunuh harimau?
Orang biasa membunuh harimau dengan mengincar telinganya.”
Bagaimana orang yang rendah membunuh harimau?
Orang yang rendah membunuh harimau dengan menarik ekornya.”
Zilu sangat malu dan membuang ekor harimau itu.

Mengapa guru mengirim saya untuk mencari air di gunung?” dia berpikir beberapa saat. “Bukankah dia mengetahui bahwa harimau tinggal di dataran tinggi? Dia pasti menginginkan saya terbunuh.” Maka dia memikul sebuah batu besar di atas punggungnya untuk membunuh Konfusius.

Bagaimana seorang yang hebat membunuh seorang laki-laki?” tanyanya sebelum bertindak.
Seorang yang hebat membunuh orang dengan penanya.
Bagaimana orang biasa membunuh orang?
Orang biasa membunuh orang dengan lidahnya.”
Bagaimana orang yang rendah membunuh orang?
Orang yang rendah membunuh orang dengan sebuah batu.
Zilu berbalik karena malu dan membuang batu itu.

Suatu ketika Konfusius bertanya kepada murid-muridnya tentang angan-angan mereka. Zilu tanpa ragu-ragu berkata, “Ambisi saya adalah seperti ini: Misalnya sebuah kerajaan yang memiliki seribu kereta perang diduduki oleh kerajaan yang lebih kuat dan sedang menderita kelaparan. Saya akan mengatasi masalah mereka dalam waktu tiga tahun.

Berikan saya sebuah negara kecil,” kata Ran Qiu, “Saya akan membuat warganya menjadi kaya dalam waktu tiga tahun. Tapi untuk sopan santun dan menghargai musik, saya serahkan pada orang lain.

Saya ingin menjadi pimpinan acara yang mengatur bermacam-macam ritual di tempat umum dan konverensi diplomatik,” kata Gongxi Hua.

Saya khawatir keinginanku berbeda dengan kalian,” kata Zeng Xi yang terakhir mengungkapkan keinginannya. “Ketika musim semi datang, saya akan mengenakan baju santai, mengajak beberapa teman pergi berenang di sungai. Kemudian saya akan menikmati kesegaran udara hutan, dan kembali ke rumah, bernyanyi dengan riang.

Kedengarannya sangat bagus,” senyum Konfusius. “Saya paling menyukai angan-anganmu.

Zilu bertanya apa angan-angan Konfusius.

Memberikan kenyamanan bagi yang tua; berlaku setia kepada teman dan menghargai yang muda,” jawab sang guru.

Pada suatu hari seorang penjual ikan ingin memberi Konfusius seekor ikan sebagai hadiah. Pada mulanya Konfusius menolak.

Hari ini saya sudah menjual semua ikan saya kecuali yang satu ini,” kata penjual ikan. “Hari ini hangat. Daripada membuangnya, saya pikir saya sebaiknya memberikannya sebagai hadiah.

Konfusius berterima kasih kepada orang itu dan menerima ikannya. Kemudian dia menyuruh muridnya untuk membersihkan ruangan, karena ia ingin memberikan ikan itu sebagai sesaji kepada dewa.

Ini adalah ikan yang hampir dibuang seseorang,” salah seorang muridnya tidak setuju. “Kenapa anda ingin memberikannya kepada dewa?

Jika seseorang mengerti beramal dan memberikan apa yang tidak dia butuhkan,” kata sang guru, “dia seharusnya dihargai sebagai seorang suci. Sekarang saya telah menerima hadiah dari seorang suci, bukankah saya dapat mempersembahkannya kepada dewa?

Bakti kepada keluarga adalah topik penting yang sering dibahas Konfusius. “Di rumah hormatilah orang tuamu. Ketika kamu pergi dari rumah, hormatilah orang yang lebih tua. Jujurlah selalu. Cintailah teman-temanmu, dan cintailah apa yang baik. Kemudian teruslah belajar selama kamu masih mempunyai waktu dan tenaga.

Janganlah membuat orang tuamu khawatir kecuali ketika kamu sakit,” Konfusius menasihati muridnya. “Ingatlah selalu usia orang tuamu dan jadikan kesenioran mereka menjadi kebahagiaan dan juga penghormatanmu.

Sebagai seorang yang kaya oleh etika dan sopan santun, Konfusius menghargai perayaan keagamaan sebagai bagian dari adat yang baku. Tetapi dia tidak pernah berbicara mengenai setan, supranatural, hal-hal gaib dan aneh. Dia berkata, “Kita tidak memahami kehidupan; bagaimana kita dapat mengerti kematian? Kita belum sepenuhnya memahami kewajiban kita pada orang yang masih hidup, bagaimana kita mengetahui kewajiban kita pada orang mati?" Untuk menghabiskan waktu, Konfusius gemar memancing, tetapi hanya mau menggunakan kail, dan bukan jala. Dia suka berburu, tapi tidak mengincar burung yang sedang beristirahat karena dia merasa itu tidak adil bagi binatang tersebut.

Pada suatu hari, kandang kudanya terbakar. Ketika dia kembali, dia bertanya apakah ada orang yang terluka. Dia tidak menanyakan mengenai kuda-kudanya.

 
Prev | Next
 
Komentar: Tidak seorang pun mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kehidupan, pikiran, dan bahasa masyarakat China seperti halnya Konfusius. Namun, dengan berjalannya waktu, Konfusius menjadi jauh dan aneh, kadang kala bahkan tidak simpatik. Untuk lebih memahami ajarannya, saya akan melihat kembali ke sejarah untuk mencoba menemukan seperti apakah Konfusius itu sebenarnya.
Cerita-cerita berikut adalah mengenai Konfusius, namun lebih tertuju kepada kehidupannya daripada filosofinya.
 
Konfusius, 551-479 S.M
Pelajari Kebenaran di pagi hari, dan matilah dengan bahagia di malam hari.
 
Taken From Michael C. Tang Book
Kisah-Kisah Kebijaksanaan China Klasik - Refleksi Bagi Para Pemimpin
 
Copyright © 2005-2024, Bali Directory Designed and Managed by bali3000